Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Rp0

Tidak ada produk di keranjang.

Tetap Wapadai Covid-19! Cegah dengan Vaksin dan Berperilaku 3M

More articles

JalurDua.Com, Jakarta – Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Erika menegaskan, Covid-19 memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi dan bisa berakibat kematian, maka masyarakat dianjurkan untuk tetap menjaga perilaku 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak, walaupun nantinya program vakainasi sudah terealisasi.

“Jujur, rasa takut terpapar Covid-19 masih ada sampai sekarang, namun pengalaman merawat pasien sampai melihat mereka sembuh mengalahkan rasa takut saya,” ujar Erika saat diskusi bertajuk “Indonesia Siapkan Vaksin” yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) seperti dikutip di Jakarta, Minggu (20/12).

Sebagai dokter spesialis jantung, Erika mengaku telah menemukan cukup banyak pasien Covid-19 dengan penyakit penyerta (komorbid) jantung memiliki kerentanan yang tinggi untuk semakin memburuk. “Pasien Covid-19 dengan komorbid jantung dan hipertensi kerentanannya cukup tinggi. Secara otomatis, mereka memiliki problem tersistematis dan perawatannya jauh lebih,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Anggota Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), dr Soedjatmiko menjelaskan bahwa penyakit korona ini tidak memandang bulu, “Yang meninggal 60,4 persen di rentang umur 19-59 tahun. Ini umur yang rentan, karena mereka aktif di luar rumah dengan berjualan, bermain dan segala aktivitas lain,” katanya.

Dia menyebutkan, sejauh ini pemerintah telah berupaya optimal melakukan testing, tracing dan treatment (3T) dan mengedukasi masyarakat agar patuh terhadap melaksanakan protokol 3M, namun hingga November  2020 ada sebanyak 160 dokter yang meninggal dan sebanyak 130 perawat atau paramedis yang meninggal.

“Mereka berjuang untuk mengobati yang terlanjur sakit tadi. Ayo kita cegah Covid-19 dengan 3M dan 3T, tetapi harus ditambah dengan vaksinasi yang memiliki cakupan 70 persen, maka diharapkan penularan akan terhambat, pandemi melambat dan ekonomi akan meningkat,” papar Sudjatmiko.

Beberapa waktu terakhir, menurut dia, kondisi pandemi cukup sulit untuk dikendalikan oleh sejumlah negara, maka inisiatif melakukan intervensi kesehatan melalui vaksin pun dilakukan, “Sejak Mei 2020, China sudah mulai menyiapkan vaksin. WHO juga memulai langkah yang sama di bulan Juni, sementara di Amerika dan Eropa juga memulai persiapan kandidat vaksin pada Juni-Juli,” ujarnya.

Vaksinasi merupakan langkah yang aman dan umum dilakukan di dunia, termasuk di Indonesia. Bahkan, Indonesia telah melakukan vaksinasi kepada jutaan jiwa sejak 1974 dan terbukti aman. Percepatan penemuan vaksin perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek keamanan dan efektivitas.

“Tujuannya adalah untuk menurunkan kematian dan kesakitan masyarakat. Tetapi, harus diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran juga ada yang namanya Data Safety Monitoring Board (DSMB) dan ada Komite Etik juga di Unpad. Perkara vaksin mana yang dipakai itu nanti biar pemerintah yang menentukan, tetapi salah satu vaksin yang mungkin akan dipakai di Indonesia adalah Sinovac yang sudah diuji klinik Fase III di Bandung”, papar Soedjatmiko.

Dia mengatakan, survei yang dilakukan ITAGI dan Kementerian Kesehatan menyebutkan, sebesar 64 persen orang Indonesia sudah mau divaksinasi dan sebanyak 24 persen masih ragu. “Yang ragu, mudah-mudahan menjadi yakin pada saat vaksin ini diumumkan. Agar mau divaksinasi supaya terlindung dari penularan Covid-19,” tegasnya.

Lebih lanjut Erika menegaskan, kondisi pandemi belum berakhir, sehingga masyarakat harus tetap menjaga protokol kesehatan sampai pemerintah mengumumkan berakhirnya kondisi pandemi. “Apabila masih ada yang ragu terhadap vaksin, saya harapkan bisa berubah pikiran demi mengeluarkan Indonesia dari pandemi ini,” kata Erika. (*)

- Advertisement -spot_img

Latest